Taman Surga

Di balik sebuah jalan kehidupan yang terkadang kelam dan terang, kini aku berada di tepian jurang tanpa dasar yang ku sebut dengan sebuah jalan pilihan. Sebuah jalan pilihan dalam hidup yang aku sendiri pun tak tahu akan di mana jalan yang penuh dengan jurang di sisi kanan dan kirinya ini bermuara.

Di ruang ini aku terperangkap, terkekang dan terkurung. Di sebuah ruang yang hanya berukuran sekitar 3 x 4 meter inilah aku habiskan hari-hariku tanpa ku tahu sampai kapan aku akan berada di sini. Hanya sinar mentari yang masuk dari sela-sela ventilasi yang menjadi temanku kala pagi menjelang dan hanya cahaya dari sebuah lampu yang menjadi temanku di kala malam tiba. Dan hanya sehelai kain tipis yang ku kenal sebagai selimut inilah yang menjadi penghangat tubuhku di kala udara dingin menghampiri bersamaan dengan jatuhnya hujan yang diiringi oleh suara petir dan kilatan cahaya yang menakutkan.

Di kala pagi menjelang, aku selalu takut dengan sesosok makhluk yang selalu menghampiriku. Apa dia malaikat maut? Ku rasa tidak, karena ku percaya jika malaikat maut tak berpakaian serba putih. Lalu, apa dia setan? Sepertinya juga bukan, karena ku percaya jika setan tak menginjak tanah. Tubuhnya memang terlihat tegap, potongan rambutnya cepak seperti tentara, dan dia berpakaian serba putih layaknya para ulama. Mereka selalu menjemputku. Ya, mereka. Dua sosok makhluk dengan gaya dan penampilan yang sama persis selalu menyeretku keluar dari ruangan yang meyiksa batinku ini. Memang, mereka mengeluarkanku dari ruangan yang membuatku terbelenggu, dan untuk itu aku berterimakasih. Tapi, kebebasan yang sedang ku rasakan ini hanya sebentar karena mereka terus menarik dan mendorongku tanpa menghiraukan sedikit pun rontaan dan teriakanku yang bisa menggetarkan gendang telingaku sendiri. Suara memekik yang sanggup menarik urat leherku ini hingga aku merasakan sakit tak digubris sedikit pun.

Dengan tenaga yang lebih besar, mereka terus saja memaksaku melewati sebuah lorong dengan pintu-pintu yang tertutup rapat di tiap sisinya hingga aku tiba pada sebuah ruangan. Sebuah ruangan yang sebenarnya jauh lebih luas dan lebar jika dibandingkan dengan ruangan yang baru saja aku tinggalkan. Namun ruangan ini begitu basah, dingin dan menyeramkan bagiku. Kemudian aku dibawa masuk ke dalam. Mereka mulai menarikku dan membuka paksa seluruh pakaian dari tubuhku hingga tak ada sehelai benangpun yang menutupi kulit coklatku ini. Yang tersisa hanyalah celana dalam yang menutupi kemalu*nku.
Aku terduduk di atas lantai yang terasa begitu basah dan lembap. Inilah saat-saat di mana aku merasa layaknya seorang tawanan perang. Air yang begitu dingin dan mampu menusuk kulit itu langsung diguyur ke seluruh tubuhku terus menerus. Air itu terasa begitu menusuk kulitku hingga pembuluh darahku pun terasa begitu beku. Jeritanku setiap kali air itu menyentuh kulitku tak mereka hiraukan sedikit pun. Entah kenapa air seperti momok dalam hidupku semenjak aku dimasukan ke dalam lingkungan seperti ini. Lingkungan dengan orang-orang yang selalu menjerit sepertiku. Lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang yang tak lagi bergairah untuk hidup. Sebuah lingkungan yang dikenal dengan sebutan “Panti Rehabilitasi”.

Ya, aku adalah mantan seorang pecandu yang baru saja masuk ke lingkungan ini sejak tiga hari yang lalu. Namaku David dan aku berumur 21 tahun. Di sini rasanya begitu menyiksa. Aku seperti berada di neraka, walaupun aku sendiri belum tahu bagaimana bentuk neraka Tuhan yang sebenarnya. Rasanya jika aku bisa memilih, maka aku akan memilih berada di balik jeruji besi daripada aku harus berada di sini. Rasanya di sana tergambar lebih nikmat jika dibandingkan di sini. Aku berbicara seperti ini karena memang sebelumnya aku pernah terkurung di balik jeruji besi. Di sana aku masih bisa bebas mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang membuatku seperti ini sekarang, seorang pecandu. Aku pun tak pernah merasakan berada di balik jeruji besi itu lebih dari tiga hari. Aku selalu bebas saat ayahku datang dan memberikan setumpuk kertas yang bergambarkan Pak Presiden dan wakil Presiden pertama Indonesia dengan jumlah yang tak sedikit kepada petugas yang memenjarakanku. Berbeda dengan kondisiku saat ini yang terperangkap di dalam panti rehabilitasi. Aku tak pernah bisa lagi mencicipi obat-obat terlarang itu lagi hingga tubuhku menjadi lemas tak berdaya seperti ini. Jantungku terasa begitu cepat memompa darah yang mengalir ke seluruh tubuhku. Rasanya pembuluh darahku juga begitu beku. Rasanya begitu dingin di dalam tubuh ini hingga membuat tubuhku menggigil dan membuat darah yang mengalir di tubuhku seperti sedang bergejolak. Membuat seluruh tubuhku bergetar dan menggigil dengan sendirinya. Inilah yang membuat tubuhku bahkan tak kuat menerima air yang masuk ke tubuhku melalui pori-pori yang ada di kulitku.

Obat-obatan terlarang itu kini telah merusak tubuhku dan juga hidupku. Rasanya lebih baik aku mati daripada aku harus tersiksa seperti ini. Obat-obatan terlarang atau yang biasa disebut nark*ba ini memang telah memberikan kenikmatan duniawi di dalam hidupku. Tapi itu hanya sebentar, karena kenyataannya aku harus hidup dengan itu. Semenjak aku terjebak di dalamnya, nark*ba layaknya oksigen yang harus ku hirup. Tanpanya tubuh ini akan terasa lemas dan mungkin akan mati. Ya, nark*ba itu telah membuatku berada di tepian jurang tanpa dasar. Sebuah jalan kehidupan yang aku pilih sendiri, dan kini aku menyesalinya. Andai aku dapat memutar waktu, aku pasti tak akan menyentuh benda haram itu sedikit pun dalam kehidupanku. Tapi apalah dayaku saat ini? Aku hanya bisa menyesali semuanya dan tak bisa lagi memutar waktu. Semua orang-orang terbaik yang pernah ada di sisiku perlahan pergi menjauh dari hidupku semenjak aku diketahui sebagai seorang pecandu. Bahkan teman-temanku yang membawaku ke dunia yang kelam ini pun tak pernah terlihat lagi. Kecuali keluargaku.

Mereka selalu berada di sisiku dan selalu memberikan semangat untukku. Bahkan orangtuaku tak menghiraukan cacian dan hujatan orang-orang yang menghardikku. Yang mereka hiraukan saat ini hanyalah aku. Ya, aku! Anak yang masih mereka sayangi. Pernah aku berada di posisi paling bawah pada roda kehidupan ini. Aku terpuruk dan tak lagi ingin hidup karena aku merasa tak kuat lagi untuk berhenti dari barang haram itu. Aku mencoba mengakhiri hidupku sendiri, tapi tak berhasil. Entah karena Tuhan masih sayang padaku atau aku memang masih terlalu kotor untuk menghadapnya. Setelah itulah aku langsung dilarikan ke panti rehabilitasi ini. Dan saat aku terpuruk ibuku pernah berkata padaku, “Sayang, jangan menyerah. Jangan pernah menyerah. Karena Mama dan Papa akan selalu berada di dekat kamu. Bahkan ketika kamu berada di tepian neraka sekalipun, Mama dan Papa akan selalu berada di dekatmu nak.” Itulah kata-kata dari ibuku yang selalu membuatku merasa beruntung terlahir ke dunia ini sebagai anaknya. Rasanya aku benar-benar menjadi orang yang paling bersalah di dunia ini karena telah mengecewakan orangtuaku yang benar-benar tulus menyayangiku tanpa mengharapkan sebuah imbalan sekalipun.

Semenjak itulah aku membuat perjanjian pada diriku dan kepada Tuhan jika aku tak akan menyerah untuk melepaskan diri dari jeratan barang haram itu. Memang aku pernah melupakan Tuhan di setiap langkah yang aku ambil dalam kehidupanku. Tapi pernah juga aku ingin mendekatkan diri padaNya namun di sisi lain aku tak ingin lepas dari jalan kebatilan yang menjanjikan surga dunia saat itu. Ya, surga dunia memang sangatlah menggoda jika dibandingkan dengan surga akhirat yang hanya kita ketahui dari sebuah kitab. Mungkin karena itulah aku mudah terhanyut dalam angan-angan keindahan surga duniawi yang sifatnya hanya sementara ini.

Kini aku tak lagi berada di tepian jurang yang tak berdasar. Kini aku sudah berada di sebuah taman dengan bunga-bunga yang bermekaran dan sungai-sungai jernih yang mengalir di bawahnya. Kupu-kupu banyak yang menari-nari di sekitarku mengiringi sebuah nyanyian dari burung camar. Tuhan pun telah memberikanku pendamping yang begitu cantik menemaniku di taman surga ini. Tapi kali ini orangtuaku tak berada di dekatku. Mereka berada jauh di sana. Bukan, bukan karena mereka ingkar dengan janji mereka, tapi karena aku yang tak mengijinkan mereka untuk menyusulku. Belum saatnya, karena mereka masih harus melanjutkan hidup mereka di dunia. Mungkin inilah tanda dari Tuhan jika dia sudah tak lagi menganggapku terlalu kotor untuk menghadapnya. Dan ini juga sebagai tanda dari Tuhan jika Dia benar-benar sayang kepadaku, hambanya yang pernah berbuat dosa. Sebuah tobat memang tak pernah dianggap terlambat oleh Tuhan, karena itulah Tuhan mau menaruhku di taman surga ini ditemani dengan semua keindahan yang pernah Dia janjikan.
-sekian-
Cerpen Karangan: Rahardian Shandy
Blog: komedi-romantis.blogspot.com
Facebook: Rahardian Shandy
Twitter: @shandyrahardian


Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

Uwais Al Qarni, Pemuda Berbakti Kepada Orang Tuanya

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan. “Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan. Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi. Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya. Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka’bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka’bah, ibu dan anak itu berdoa. “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu,” kata Uwais. “Bagaimana dengan dosamu?” tanya ibunya heran. Uwais menjawab, “Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga.” Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais. Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka’bah karena Rasullah SAW berpesan “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua.” “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan).” (HR. Bukhari dan Muslim) CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali. Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari. Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman. Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw. Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.” Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah. Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya. Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru. Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.” Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia? Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni. Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do’a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do’a pada kalian.” Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Sumber: https://islampedia.id/uwais-al-qarni-pemuda-berbakti-kepada-orang-tuanya-85134289024f

Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

Cerita Anak Muslim : Cerita Nabi Idris AS

Nabi Idris lahir di daerah Babylon. Nabi Idris diutus oleh Allah untuk berdakwah di daerah Irak Kuno. Dalam dakwahnya, beliau menghadapi banyak rintangan. Akan tetapi, beliau menjalaninya dengan sabar. Nabi Idris diberi kesempatan oleh Allah untuk melihat surga dan neraka. Setelah kepergiannya ini, Nabi Idris tidak kembali ke bumi. Nama asli Nabi Idris adalah Akhnukh (Henokh). Beliau dinamakan Idris karena banyak mempelajari kitab-kitab dan mushaf Nabi Adam dan Syits. Beliau dilahirkan di Babylon. Nabi Idris adalah seorang yang sangat cerdas, pandai, dan memiliki kemauan belajar yang tinggi Beliau adalah manusia pertama yang menulis dengan pena dan dianugerahi berbagai kepandaian oleh Allah, di antaranya, kepandaian naik kuda, ilmu alam, tulis-menulis, dan berhitung. la pula yang menjadi orang pertama yang menjahit pakaian dan mengenakan pakaian berjahit. Selain itu, beliau menguasai berbagai macam bahasa sehingga dapat mudah berkomunikasi dengan manusia lainnya. Beliau juga pandai membuat arsitektur rumah yang sederhana dan indah sehingga banyak orang yang menirunya dan banyak orang yang meminta bantuannya.

Dalam berdakwah, Nabi Idris banyak mengalami rintangan dan hambatan. Akan tetapi, beliau menghadapinya dengan sabar. Di dalam Al Quran, Nabi Idris digolongkan sebagai manusia yang sabar karena ia tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan dan rintangan seberat apa pun. Meski sering mendapat celaan dan ejekan, Nabi Idris tidak putus asa untuk mengajak orang-orang menyembah kepada Allah. Kesabarannya yang telah membuat Nabi Idris senantiasa berada dalam rahmat Allah. Meskipun memiliki sifat sabar, ia dapat bertindak tegas terhadap orang kafir yang berbuat zalim. Nabi Idris dan pengikutnya sering mencapai kemenangan dalam peperangan. la memiliki keberanian yang hebat dan tidak takut akan kematian sehingga memiliki gelar asadul asad (singa dari segala singa). Selama puluhan tahun berdakwah, Nabi Idris hanya mendapatkan beberapa pengikut saja. Akan tetapi, ia tetap tegar dan terus berdakwah. Selain memiliki kepandaian luar biasa, Nabi ldris dikenal sebagai nabi yang balk dan saleh, tekun beribadah, tidak pernah meninggalkan perintah Allah, dan rajin berpuasa. Hal ini membuat Malaikat lzrail ingin bertemu dengan Nabi Idris. Suatu hari, ketika tiba waktu berbuka puasa, Nabi Idris kedatangan tamu, yakni Izrail yang menyamar sebagai manusia. lzrail datang sambil membawa beberapa buah segar dari surga dan mempersilakan Nabi Idris untuk memakannya. Nabi Idris pun mengajak untuk makan bersama. Akan tetapi, anehnya, tamu tersebut tidak mau memakannya. Kemudian, Nabi Idris mengajak tamunya berjalan-jalan di sekitar rumahnya. Ketika sampai di perkebunan, tamunya tersebut meminta izin untuk memetik buah-buahan yang ada di situ. Nabi Idris tidak mengizinkannya. Lalu, ia berkata kepada tamunya, "Kenapa Anda ingin memakan buah-buahan yang belum tentu halal ini, sedangkan ketika saya tawari buah-buahan yang halal kemarin Anda menolaknya?" Izrail pun menjawab, "Sesungguhnya, aku hanya ingin mengujimu saja." Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan. Selama empat hari melakukan perjalanan bersama, Nabi Idris menemukan banyak keanehan dalam diri tamunya tersebut. Lalu, ia menanyakan siapa sebenarnya tamunya itu. "Bolehkah saya tahu, siapakah Anda sebenarnya?" tanya Nabi Idris dengan rasa penasaran yang tinggi. "Aku adalah lzrail," jawab Izrail dengan mantap. Nabi Idris pun kaget dan kembali bertanya, "Apakah engkau akan mencabut nyawaku?" "Tidak, aku hanya ingin menemuimu karena aku kagum dengan kesalehanmu," jelas Izrail dengan singkat. "Bukankah selama empat hari ini engkau bersamaku? Lalu, bagaimana engkau menjalankan tugasmu untuk mencabut nyawa manusia yang sudah tiba waktunya?" kembali Nabi Idris penasaran untuk bertanya. "Sesungguhnya, Allah telah melimpahkan kekuasaan kepadaku untuk mengumpulkan jiwa-jiwa manusia seperti halnya dalam sebuah tempayan. Lalu, jika sudah tiba waktunya, aku cabut jiwa-jiwa itu dengan sangat mudah. Meskipun selama ini aku bersamamu, aku tetap menjalankan tugasku, tanpa sepengetahuanmu," jelas Izrail dengan tenang. suatu pemandangan yang akan sangat sulit untuk dilupakan. Oleh karena itu, Nabi Idris pun kemudian mencoba menggunakan waktunya untuk bisa menikmati semua yang ada. Beberapa waktu kemudian, lzrail mengingatkan Nabi Idris bahwa waktu yang dimilikinya telah habis. Nabi Idris harus meninggalkan surga. Dengan berat hati, Nabi Idris melangkahkan kakinya menuju pintu keluar bersama lzrail. Ketika ia tiba di pintu keluar surga, tiba-tiba Nabi ldris berkata, "Wahai lzrail, aku lupa dengan sandalku yang tertinggal di dalam surga. Bolehkah aku mengambilnya, sedangkan engkau menunggu di sini hingga aku kembali!" lzrail menjawab, "Silakan, aku tunggu dipintu surga ini." Akan tetapi, setelah beberapa lama ditunggu, Nabi ldris belum muncul juga. Akhirnya, lzrail memutuskan untuk menyusul Nabi Idris ke dalam surga. lzrail merasa heran karena ternyata Nabi Idris ditemukan sedang bersantai-santai sambil menikmati keadaan di surga. lzrail pun kemudian bertanya, "Wahai Idris, mengapa engkau masih di sini? bukankah engkau sudah menemukan sandalmu? Aku sudah menunggumu dari tadi." "Wahai lzrail, aku memang sengaja meninggalkan sandalku di sini karena aku tidak ingin keluar dari tempat ini. Bukankah setiap makhluk hidup akan mati dan dihidupkan kembali, dan aku telah merasakannya. Aku juga telah melihat pedihnya siksa neraka. Allah telah menyatakan bahwa barang siapa yang masuk surga, ia kekal di dalamnya. Sekarang, aku ada di dalam surga, bagaimana mungkin aku akan keluar lagi," jawab Nabi Idris dengan penjelasan dan alasan yang sangat masuk akal. lzrail menjadi bingung dengan perkataan Nabi Idris. la tidak bisa memaksa Nabi Idris untuk keluar dari surga. Oleh karena itu, ia pun kemudian datang kepada Allah dan mengadukan kejadian tersebut. Allah pun kemudian menegaskan bahwa Idris boleh tinggal di surga karena ia memang salah seorang penduduk surga.

Sumber: https://dongengceritarakyat.com/cerita-anak-muslim-kisah-nabi-idris-as/

Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design